… nasuwlooha fanasiyahum,
mereka melupakan Allah,
maka Allah pun melupakan mereka…
(Qs. at Taubah: 67).
Selalu
ada segitiga. Begitu saya katakan kepada diri saya. Selalu ada Allah di
antara saya dan masalah saya. Selalu ada Allah di antara saya dan hajat
saya. Selalu ada Allah di antara saya dan dunia ini. Dan inilah awal
segitiga itu.
Seseorang
diberi warung. Ini saja udah ada segitiga. Yakni dirinya, warungnya,
dan Allah. Jika dia hanya berdua saja dengan warungnya, maka tidak
terjadi segitiga ini. Namun jika dibawa kepada Allah warungnya, maka
terjadilah segitiga ini.
Kata-kata “segitiga” hanyalah kata-kata saya. Saudara bisa mengabaikannya jika ini adalah masalah bagi Saudara.
Di
kehidupan ini, banyak yang hidup sendirian. Tidak bersama Allah.
Padahal Allah menyediakan media komunikasi yang sangat-sangat efektif.
Setidaknya 5x sehari semalam. Lewat shalat fardhu. Allah menanti kita
datang mengadukan seluruh persoalan hidup kita. Saat shalat datang, saat
itulah di mana kita menghadapi Yang Sudah Menciptakan kita. Jikalau
pertemuan dengan orang kaya, pemilik modal, pemberi proyek, begitu kita
inginkan. Jika menghadap para raja, para pemuka agama, para pejabat dan
pembesar negeri ini, atau pimpinan kantor dan wilayah tempat kita kerja
dan tinggal, sangat kita inginkan, sangat kita nantikan. Mestinya
pertemuan dengan Allah lebih lagi kita nantikan.
DIA
lah Maha Raja Diraja. Penguasa Tunggal Alam ini. Dan DIA menyediakan
waktu-Nya untuk kita, dan juga menyediakan Kekuasaan dan Kebesaran-Nya.
Sungguh aneh. Manusia malah mencari pertolongan yang palsu.
Cara
berpikir segitiga ini sudah sangat efektif membuat saya memahami bahwa
Allah selalu ada bersama saya. Sehingga saya bisa berbisik kepada hati
saya: Laa tahzan. Innawlooha ma’anaa. Janganlah bersedih. Sesungguhnya Allah bersama kita.
Tarolah contoh ini adalah “warung”. Yuk, kita belajar segitiga yang menarik ini.
Jika
Saudara hanya buka tutup warung saja. Dan tidak membawa warung itu ke
Allah, maka Saudara hanya berdua saja dengan warung itu. Dikatakanlah
juga Saudara melupakan Allah, padahal Allah yang sudah memberikan warung
untuk Saudara. Koq bisa melupakan Yang Memberi?
Aneh
loh kita ini. Kita ini kan kalo dikasih duit saja sama orang, mesti
berterima kasih. Sama Allah yang sudah ngasih segala-gala, susah banget
buat terima kasihnya. Sekalinya terima kasih, palsu banget.
Ya,
palsu. Kalimat “alhamdulillah” di Indonesia ini jadi murah dan banyak
juga yang tanpa makna. Ada presenter tanpa jilbab dan kemana-mana
auratnya yang lain. Bertanya juga kepada tamu yang juga tanpa aurat, dan
ngablak punya auratnya. Baik yang bertanya dan yang ditanya, sama-sama
jawab, “alhamdulillah”, untuk kalimat-kalimat pertanyaan tentang khabar.
Seorang artis yang pake pakean mini, ketika dinobatkan menjadi pemenang
suatu award, mengangkat pialanya, sambil ngucap, “alhamdulillah…”.
Kalimat yang sama, juga menjadi kalimat picisan bagi mereka; Allahu
akbar, astaghfirullah, asaalamu’alaikum, dll. Seakan-akan
kalimat-kalimat agung penuh makna ini jadi kalimat yang sudah diserap ke
dalam bahasa Indonesia. Makanya saya bilang palsu. Nyebut
alhamdulillah, tapi ga shalat. Nyebut alhamdulillah, tapi terus saja
korupsi. Malah mungkin bilang, alhamdulillah Tuhan menolong saya hingga
ga ketauan! He he he.
Di
urusan belajar segitiga dengan memakai contoh warung ini menjadi
sesuatu yang sangat mungkin terjadi. Allah menyebut, Allah bahkan akan
membuat manusia melupakan dirinya sendiri. tidak jarang terjadi, orang
yang sibuk dengan warungnya, ia akan benar-benar lupa sama dirinya
sendiri. belom mandi belom apa, udah buka warung. Lupa makan, lupa
olahraga, hidupnya bisa di warungnya saja belasan jam. Kalau Allah tidak
membuat sepi dunia, dengan menidurkan mereka, niscaya 24 jam lah mereka
membuka warungnya. Dan sekarang ini warung 24 jam udah ga aneh. Sajadah
cepat sekali dilipat, dan disimpan. Tapi pekerjaan akhirnya malah
kemudian membuatnya terlipat.
Lupa ke Allah itu bisa lupa shalat, lupa zikir. Lupa waktu. Lupa ngaji. Lupa akan menyiapkan bekal mati. Aaaayyyyoooo aja tuh warung diurusin. Tapi sama ibadah, ga diurus sungguh-sungguh.
Sungguh
beruntung orang yang kemudian bisa beribadah di tengah lakunya warung
dia. Sungguh beruntung orang-orang yang menyempatkan diri shalat
berjamaah, di saat warungnya mungkin sedang banyak-banyaknya pelanggan.
Ia sempatkan di pagi hari berdoa, dan shalat. Sebelom lagi ia buka
warungnya. Ia sempatkan juga berdoa, di saat warungnya ia tutup. Ia bawa
ke Allah dia punya warung. Ia pun tidak melupakan ibadahnya yang
mahdoh; shalat fardhu berjamaah, lengkap dengan sunnah qabliyah dan
ba’diyahnya.
Sementara
itu, ada juga yang merasa “aman” dan “nyaman” sudah melakukan ibadah.
Shalat tepat waktu. Waktunya ngaji, ia ngaji. Waktunya ke masjid, ia ke
masjid. Ia tinggalkan warungnya dengan tenangnya. Tapi selidik punya
selidik, dianya bagus, ternyata yang jagain warungnya ga bagus. Ia saleh
sendirian. Misal yang jaga anak, maka ia menceburkan anaknya ke dalam
kesesatan yang ia sudah tinggalkan. Ajak dong anaknya shalat tepat
waktu. Biar saja warungnya tutup dulu. Gitu.
Anak engga. Anak diajak. Eh, yang ngikuti diceburin untuk menjaga warung. Sudahlah, tutup dulu. Insya Allah ga ada ruginya koq.
(+) Ada yang nanya, kalo warung makanan, gimana?
(-) Malah bagus toh?
(+) Bagus gimana?
(-) Lah, ketika tamu-tamu datang pas waktunya shalat datang, ya shalat saja.
(+) Lah, tamu-tamu ga kelayanan dong?
(-) Ya, terlayani tetap, insya Allah.
(+) Lah, kapan?
(-) Sehabis shalat.
(+) Lah, kabur.
(-)
Maksudnya, kabur pelanggannya? Biarin kabur, asal Allah datang. Mending
manusia yang datang, apa Allah yang datang? Mending staff yang datang,
ajudan yang datang, jongos yang datang, apa bos yang datang? Kan
mendingan bos yang datang.
(+) Ya, tapi ga seru.
(-) Insya Allah dengan pendekatan yang bagus, pelanggan akan tetap datang dan mengerti.
(+) Terus bagusnya di mana?
(-) Bagus. Jadi warung ada yang jagain, he he he.
(+) Wah, itu berarti nyeburin customernya kepada shalat tidak tepat waktu dong?
(-)
Iya. Maka nya segitiga wisatahati akan terus berkembang. Ternyata ada
Allah di antara Saudara dan pelanggan Saudara. Ada Allah di antara
Saudara dan pembeli makanan warung yang Saudara jual. Manakala Saudara
hanya berdua saja dengan pelanggan, maka tidak terjadi segitiga
tersebut. Tapi manakala pelanggan Saudara ajak kepada Allah, maka
terjadilah segitiga tersebut.
(+) Terus, gimana?
(-)
Ya ajak aja pelanggan itu sekalian. 5 menit sebelom azan, broadcast lah
audio, “Pelanggan yang terhormat, 5 menit lagi azan akan berkumandang.
Silahkan yang muslim shalat dulu di ruangan shalat yang disediakan. Kami
menyediakan minuman dan cemilan gratis buat yang berkenan shalat
berjamaah bersama kami…”.
Wuih. Top tuh.
Kemudian
karyawan bergerak untuk memberi tanda di depan warung: “Mohon maaf,
kami sedang shalat, silahkan masuk. Kami akan layani Anda setelah
shalat. Tersedia potongan 5% untuk pemesanan di menit-menit shalat.”
Ini namanya segitiga wisatahati. Top banget dah!
(+) Weeeehhhh… Itu namanya bikin pencuri datang…
(-) Ya itu kamu sih. Mikirnya yang jelek aja.
(+) Ga mikir jelek. Tapi wajar saja. Ntar kebaca loh sama orang. Ooohhh
di warung itu tuh kalo pas azan, karyawannya shalat semua. Kesempatan
“kerja”, he he he. Begitu deh manusia-manusia yang pikirannya maling
atau nyuri.
(-)
Wah, ya kalo gitu disiapkan segala sesuatunya. Misalnya: Disiapkan
kamera CCTV. Dikunci-kunci juga laci-laci dan lemari-lemari yang
sekiranya bahaya bila tidak dikunci. Udeh, pasti bisa deh kalo
bener-bener mau membawa diri ke Allah dan membawa pelanggannya ke Allah.
Lagian, kalau mau ilang mah, ditutup, dikunci, ya ilang juga. Wong ada
bank yang bisa “diambil” uangnya dengan tenang di hari libur koq, he he
he.
Demikianlah
Saudaraku sekalian. Jika serius bawa warung ke Allah, dan bahkan
membawa pelanggan warung ke Allah, maka bukan maen. Segitiga Wisatahati
terjadi. Hubungan akan harmonis. Hablum minallah jalan, hablum minan naas, jalan.
Bahkan masih ada segitiga yang lain tuh, untuk contoh warung tadi.
(+)
Saya ga paham. Mana lagi? Kan tadi udah. Yang pertama, segitiga antara
Allah, situ, dan warung. Yang kedua, segitiga antara Allah, situ, dan
pelanggan. Lalu, ada lagi?
(-) Kan saya bilang, segitiga akan terjadi terus dan berkembang. Coba aja pikir sendiri.
(+) Wah, itu mah namanya engga ngajar. Bukan ngajar.
(-) Loh, ini ngajar. Silahkan mikir. Masa udah dikasih contoh, masih juga perlu disuapin. Katak anak kecil aja.
(+)
Salah tuh. Bukan “katak” anak kecil aja. Tapiii… Kayak anak kecil aja
kali maksudnya. He he he, salah ngomong: Katak anak kecil aja.
(-)
He he he, iya. Kayak anak kecil aja. Mesti dikasih tau terus. Ya jadi
tugaslah. Mencari bentukan lain dari segitiga wisatahati di contoh
warung ini.
(+) Tugas nih?
(-) Ya, tugas.
(+) Jadilah. Jadi. Saya akan kerjakan. Saya akan mikir hubungan segitiga selain 2 yang disebut ya. Jawab sekarang nih?
(-)
Entar aja. pikirin aja dulu. Kalo udah ketemu, silahkan jabarkan, dan
kirim pada kolom yang kami sediakan dibawah ini. Beri judul: Tugas KP 02 seri ke-01.
(+) Siap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar